Di postingan saya sebelumnya (Pengalaman Nyaleg Yang Putus Asa) sudah dijelaskan bagaimana pengalaman saya mampu meraih suara dengan optimal hanya dengan modal nongkrong sama masyarakat di warung kopi. Kali ini saya akan jelaskan bagaimana cara saya memetakan calon suara.
Tips ini saya dapatkan dari senior-senior saya yang memang sudah berpengalaman dalam meraih suara ketika kampanye. Cara ini sebenarnya sangat tradisional sekali. Yaitu dengan membuat satu catatan.
Catatan ini berisikan semua nama yang kita kenal. Ingat semua nama yang kita kenal, bukan yang sepertinya mengenal. Tulis satu persatu dalam catatan tersebut. Sehingga terjumlah berapa banyak potensi suara.
Dari jumlah orang yang kita kenal tersebut kelompokkan menjadi empat golongan. Golongan pertama kasih tanda warna hijau. Yang artinya orang-orang ini sudah pasti memilih kita. Tanpa kita datangi pun dia akan memilih kita.
Entah karena faktor keluarga, faktor teman organisasi, atau teman kampus. Tindakan kita adalah menghitung potensi suara tersebut. Satu dikali berapa anggota keluarga atau kemungkinan untuk mengajak temannya.
Golongan kedua adalah warna kuning, yaitu orang yang mengenal kita tapi masih ragu apakah dia memilih kita atau bukan. Di sinilah titik paling krusial. Bisa dikatakan sebagai pemilih mengambang.
Tugas kita dengan golongan ini adalah silaturahim dan mengajak agar bisa memilih kita. Nah jumlah pemilih kita tergantung bagaimana kita mendekati golongan yang kuning ini. Bisa dikatakan fokus kita ke sini.
Golongan keetiga adalah pemilih acak (random), kita beri warna putih. Artinya, mereka tidak kita kenal, tapi sangat potensial untuk kita galang. Ini mesti disesuaikan dengan target voter kita.
Maka sangat penting mengenali kita siapa dan siapa calon pemilih yang paling mungkin bersedia memilih kita. Misalnya, komunitas anak muda. Komunitas apa? Bagaimana? Harus detil supaya tidak buang energi sekadar untuk melempar jala dan dapat ikan asal-asalan.
Terakhir adalah golongan merah. Mungkin kenal kita, tapi sudah pasti tidak memilih kita. Entah karena ideologis, atau mungkin karena faktor memang sudah berada di partai lain. Di golongan ini kita tidak perlu mendekat. Soalnya tenaga kita akan habis.
Pemetaan ini sebenarnya sangat sederhana, dan dilakukan biasanya di pemilihan kepala desa. Namun demikian sebenarnya juga sangat efektif untuk pemilihan legislatif.
Dengan cara ini pergerakan kita menjadi efisien dan tepat sasaran. Kita tidak perlu lagi untuk membuang tenaga di tempat yang tidak tepat. Ini yang saya lakukan. Mungkin bisa ditiru yang lain. (Baca juga: Tentang Diana Sasa | Soal Nama, Ibarat Promo Merek)
Tinggalkan Komentar