Petani porang di Kabupaten Magetan mengeluhkan soal permodalan jelang masa tanam. Mereka membutuhkan dukungan program pinjaman modal dari bank. Salah satunya dari BRI yakni melalui kredit usaha rakyat (KUR).
Dari 95 petani binaan di yang berada di beberapa kecamatan seperti Parang, Plaosan, Poncol, Lembeyan, dan Ngariboyo, Karas, hanya tujuh orang yang pinjamannya cair.
Dan dua dari tujuh itu mendapatkan pinjaman tak sesuai dengan jumlah yang diajukan. Mereka pun curhat ke Diana Sasa, anggota DPRD Provinsi Jatim Fraksi PDI Perjuangan saat bertemu di Desa Pragak, Parang, Magetan, Rabu (3/10/2021).
Umbi Porang Sedang Jadi Produk Primadona
Porang adalah tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus muelleri. Porang dikenal juga dengan nama iles-iles. Manfaat tanaman porang salah satunya untuk bahan baku tepung.
Manfaat porang ini banyak digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, selain juga untuk pembuatan lem dan "jelly" yang beberapa tahun terakhir kerap diekspor ke negeri Jepang.
Umbi porang banyak mengandung glucomannan berbentuk tepung. Glucomannan merupakan serat alami yang larut dalam air biasa digunakan sebagai aditif makanan sebagai emulsifier dan pengental, bahkan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lem ramah lingkungan dan pembuatan komponen pesawat terbang, dilansir tirto.id.
Kredit Dari Bank BRI Belum Juga Cair
Sayidiman, Koordinator Petani Porang asal Parang mengungkapkan kalau di awal Bank BRI memberikan syarat yakni harus ada wadah yang bertanggung jawab dan menjamin serta bisa memberikan rekomendasi terkait pengajuan pinjaman modal ke BRI.
”Fakta di lapangan bahwa ketika ada rekomendasi dari CV. AMM yang menjadi mitra petani porang di Magetan sebagai bagian dari proses asesmen, dari pihak BRI tetap melakukan prosedur pengajuan melalui desa,” kata Sayidiman.
Salah seorang petani porang yakni Fikri mengungkapkan bahwa dirinya mengajukan pinjaman pada September 2021. Warga Desa Pragak, Parang, Magetan itu sudah menjalani survei pada 20 Oktober 2021 oleh pihak bank. Namun, pria yang memiliki lahan porang setengah hektar itu mengaku sampai kini kredit itu belum cair.
Hanya Cair Rp 10 Juta, Seharusnya Rp 50 Juta
Keluhan juga disampaikan oleh Baharudin, petani orang asal Desa Nglopang, Parang, Magetan. Pria yang mengelola lahan porang seluas 1,5 hektar itu mengajukan pinjaman Rp 50 juta. Namun, yang dicairkan hanya Rp 10 juta.
“Kalau 10 juta, kami bingung juga Mbak, buat modal beli bibit dan operasional saja tidak cukup,” tuturnya kepada Diana seperti dilaporkan beritajatim.com.
Diana Sasa menyebut porang menjadi perhatian khusus Presiden Jokowi. Bahkan porang diharapkan menjadi komoditas unggulan untuk ekspor andalan tanah air. (Baca juga: Dukung Pertanian Organik Ngawi Demi Generasi Mendatang)
Diana: Bank BUMN Harusnya Lebih Pro Rakyat Kecil
Pemerintah juga sudah membuka kran kredit usaha rakyat (KUR) untuk petani porang. Maka bagi petani yang telah memiliki kerjasama hitam atas putih dengan perusahaan yang menjamin pembelian hasil panen, mestinya proses pengajuan KUR lebih mudah.
”Apalagi ini jelang akhir tahun, plafon KUR yg sudah ada di bank BUMN terutama BRI jangan sampai tidak tersalur. Kasihan petani juga karena ini sudah musim hujan, waktunya tanam. Saya akan coba mediasi antara petani dengan BRI agar semangat mereka tidak jatuh karena pengajuan KURnya tidak disetujui. Banyak dari mereka ini masih muda-muda. Kita harus dukung mental mereka, karena mencari anak muda yang mau bertani juga tidak mudah,” kata Sasa.
Sasa menerangkan dirinya sudah pernah bertemu dengan Kapinca BRI Magetan membicarakan soal kendala permodalan petani Porang.
Menurut penjelasannya waktu itu senyampang ada MOU dengan perusahaan penjamin dan assessment perusahaan untuk petani dianggap layak, maka KUR bisa dicairkan.
”Tapi yang dialami para petani di lapangan kan ternyata berbeda. Nah, solusinya seperti apa kira-kira nanti,” tukasnya. (Baca juga: Diana Buka Aspirasi, Nelayan Pacitan Terima Hibah Kapal)
Tinggalkan Komentar