SURABAYA KANALINDONESIA.COM : Inilah Kritikan yang disampaikan DPRD Jatim untuk cara sosialisasi protokol kesehatan dan upaya pencegahan penularan Covid-19 yang dilakukan Gubernur Khofifah Indar Parawansa melalui bersepeda (Gowes). Pasalnya, seremoni tersebut tidak berdampak langsung kepada masyarakat, khususnya kasus aktif meningkat.
Hal itu disampaikan Anggota Komisi A DPRD Jatim Diana Amaliyah Verawatiningsih. Perempuan yang akrab disapa Diana Sasa ini mengaku tidak kaget dengan angka peningkatan jumlah penderita Covid-19 di Jawa Timur.
“Kita gak kaget. Angka itu sebenarnya sudah bisa kita prediksi karena di daerah-daerah angka itu terus naik. Ini salah satu efek dari libur panjang dan Pilkada. Kita tidak pungkiri hal itu,” ujarnya saat ditemui usai Rapat Paripurna di DPRD Jatim, Senin (14/12).
Politisi PDIP ini menyarankan kepada Gubernur Khofifah untuk melakukan langkah-langkah antisipasi penanganannya harus ditingkatkan. Terutama ketersediaan rumah sakit lantaran sudah banyak yang mengalami over load. “Rumah Sakit Lapangan juga sudah penuh kan,” ujarnya.
Menurut Diana Sasa, sebenarnya ada banyak ruangan milik Pemprov Jatim seperti ruangan milik BPSDM atau Badiklat. “Ruangan ini bisa loh dimanfaatkan, dan Bu Khofifah saya berharap cekatan untuk segera menyiapkan ruangan itu,” imbuhnya.
Dari pengamatannya di beberapa daerah seperti di Magetan, lanjut dia, Rumah Sakit banyak yang tidak layak untuk penanganan Covid-19. “Seperti di Dapil saya Magetan itu keluarga saya pernah masuk RS dan kondisinya tidak standar Covid-19. Suhunya tidak diatur, ruangan kosong dikunci dari luar dan hanya dikontrol setiap hari,” bebernya.
Terkait gerakan sosialisasi Covid-19 seperti Gowes, Diana Sasa menyampaikan tidak bisa menangani Covid-19 dengan tidak berbasis ilmu pengetahuan. “Kalau mau menangani Covid-19 itu berbasis sains. Sainsnya apa ya diteliti. Ini sebabnya apa, cara mengatasinya bagaimana, kalau kemudian hanya diatasi dengan seremonial tidak selesai ini,” tegas perempuan yang juga pegiat literasi ini.
Bahkan, lanjut Diana Sasa, kegiatan Gowes yang dilakukan di setiap Kabupaten/Kota dinilai kurang tepat dalam menangani Covid-19. “Karena ini tidak terlalu dibutuhkan loh bagi masyarakat. Masyarakat membutuhkan penanganannya bukan seremoninya,” terangnya.
“Bu Gubernur harus kurangi Gowes-gowesnya. Fokus ke penanganannya. Gowes itu bermanfaat untuk beliau, bukan untuk masyarakat. Saya melihat tidak ada manfaat yang bisa dirasakan masyarakat secara langsung,” pungkasnya.
Perlu diketahui memasuki pekan kedua bulan Desember, kasus Covid-19 di Jatim kian menggila. Bahkan penambahan kasus baru Covid-19 sejak awal Desember terus meningkat. Berdasarkan laporan media Covid-19 dari Kementerian Kesehatan per Selasa (14/12/2020), kasus baru Covid-19 di Jatim 713 kasus, sehingga secara kumulatif Jatim menempati peringkat kedua nasional, dengan jumlah sebanyak 70.614 kasus dibawah DKI Jakarta 154.005 kasus. nang
Tinggalkan Komentar