Tak terasa sudah 20 tahun waktu berlalu. Rasanya baru kemarin Diana mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren. Senin (1/11/2021) Diana kembali sowan ke KH. Burhanuddin Amin di ponpes yang dulu ia pernah mondok di dalamnya.
Ada getar keharuan dirasakan pemilik nama Diana Amaliyah Verawatiningsih itu saat memasuki Ponpes Al Fattah, Kikil, Arjosari, Pacitan. Perlahan, perempuan yang akrab disapa Sasa ini melewati para santriwan/santriwati yang menyambutnya dengan sikap takzim.
Sejenak ingatannya meloncat ke masa silam, di tahun 2000-an, ketika pernah nyantri di pesantren ini. Saat itu, para santri Ponpes Al-Fattah juga selalu menyambut tamu dengan sikap takzim.
Makin bergetar hatinya, ketika para santri Ponpes Al-Fattah menyambutnya meriah dengan iringan sholawat. Sambil berjalan menuju ruang acara, anggota Komisi A DPRD Jawa Timur itu mengikuti alunan sholawat Nabi dengan suara lirih.
Dulu Di Pondok Sering Membaca Kitab dan Buku
Sasa mengatakan, kunjungannya ke Ponpes Al-Fattah untuk reuni dan sowan dengan para pengasuhnya. Sebagai alumnus, politisi kelahiran Pacitan ini mengaku sudah lama ingin berkunjung ke pesantren tersebut,
“Sudah lama saya memendam keinginan untuk sowan kepada Romo Yai, karena saya merasa berutang ilmu. Berutang ilmu kepada Pondok Kikil,” ungkap Sasa, saat bertemu pengasuh Ponpes Al-Fattah, Kikil, KH Burhanuddin Amin.
Di depan para pengasuh ponpes, dan para santri, anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jatim ini mengaku, banyak mendapat ilmu saat nyantri di Ponpes Al-Fattah,
Menurut Sasa, meski hanya singkat, saat mondok dia menemukan banyak buku penting yang membuka wawasan tentang keislaman, seperti soal sejarahnya, perkembangannya, dan lainnya.
“Kedatangan saya sebagai bentuk terima kasih saya kepada almarhum Ustadz Abbas dan Kyai Burhan yang sudah memberi saya kesempatan untuk membaca buku di perpustakaannya,” tutur ibu dua anak itu.
“Karena saya menemukan banyak buku di Pondok Kikil, maka saya membawakan beberapa buku bacaan untuk para santri sebagai bentuk terima kasih,” ujar penulis buku Para Penggila Buku: Seratus Catatan di Balik Buku itu.
Dia lantas mengajak para santri agar tidak merasa rendah diri atau minder meski berasal dari desa. “Banyaklah membaca buku agar wawasan meluas dan dapat menaklukkan dunia,” paparnya.
“20 tahun setelah saya membaca buku-buku di Pondok Kikil, alhamdulillah kini saya bisa mendapat kepercayaan sebagai anggota dewan. Sungguh saya berhutang ilmu pada pondok ini. Semoga kelak lahir penerus saya dari pondok Kikil,” harap Sasa. (Baca juga: Turba Ke TPA Raudhatul Jannah Desa Grabahan, Magetan)
Kyai Burhanuddin Amin: Jangan Lupakan Aspirasi Pesantren
Sedang KH Burhanuddin Amin, dalam sambutannya mengucapkan terima kasih atas kunjungan Sasa.
Kyai Burhanuddin juga menyampaikan harapan kepada Sasa selaku wakil rakyat tingkat provinsi, agar menjadi aspirator bagi pesantren di Kabupaten Pacitan, khususnya Ponpes Al-Fattah, Kikil.
Menurutnya, Ponpes Al-Fattah Kikil berkiprah mulai tahun 1977. “Sudah sekitar 50 tahunan. Namun pondok ini juga masih butuh dukungan, baik dukungan moral maupun materiil, supaya kemajuan pondok ini semakin pesat,” pesan Kyai Burhanuddin. (Baca juga: Konfercab PMII, Diana: Integritas Itu Mahal, Maka Jagalah)
Tinggalkan Komentar