
Anggota DPRD Jatim dari Fraksi PDI Perjuangan, Diana Sasa menjenguk anak korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan oleh bapaknya di RS Sayidiman Magetan.
Pelaku diduga kesal dan melampiaskan amarahnya pada putra kandungnya yang masih berusia delapan tahun karena tak segera dikirimi uang oleh sang istri yang bekerja di luar negeri. Korban dianiaya dengan cara menendang menggunakan kaki kanan sebanyak dua mengenai perut korban.
Akibat kekerasan tersebut kondisi korban luka parah hingga harus menjalani menjalani operasi di RSUD dr Sayidiman.
“Saya baru saja menengok pasien korban KDRT, anak usia delapan tahun yang banyak diberitakan oleh media. Saya sudah bicara dengan keluarganya dan alhamdulillah anaknya sudah mulai siuman ya tapi belum bisa diajak bicara sedang dalam penanganan,” kata Diana Sasa usai menjenguk korban di RS Sayidiman, Selasa (3/10/2023) yang diliput beritajatim.com.
Baca juga: Balap Liar Di Magetan Harus Diwadahi Agar Lebih Terarah
Jangan Sampai Ada Kasus Seperti Ini Lagi
Diana Sasa mengatakan pihaknya juga sudah mendapat update dari Polres Magetan bahwa pelaku sudah diberi tindakan. Dia menuntut pelaku diberi hukuman seberat-beratnya agar menjadi efek jera.
“Sekaligus menjadi peringatan bagi yang lain agar tidak melakukan tindakan serupa. Alasan apapun tidak dapat menjadi pembenaran kekerasan yang telah dilakukan,” tegas Sasa.Sasa kembali menegaskan bahwa kasus KDRT harus menjadi pelajaran penting bagi siapa saja yang mengalaminya. Dia meminta korban KDRT untuk berani speak up dan melapor.
“Supaya segera ada tindakan, kita sudah punya undang-undang tentang kekerasan pada perempuan dan anak itu sudah cukup jelas bagaimana mengaturnya. Tinggal kemudian masyarakat bagaimana aware terhadap ini dan berani melapor,” katanya.
Baca juga: Diana Apresiasi Polri Amankan Pelaku Penipuan
Harus Cari Solusi Hingga Tuntas
Sasa mengatakan ada satu pelajaran penting, bahwa banyak sekali korban keluarga dari buruh migran yang bekerja di luar negeri. Menurut dia, banyak faktor yang menyebabkan KDRT dari keluarga buruh migran.
Seperti tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis dan biologis sehingga emosi tidak terkontrol. “Ada yang bisa mengkontrol ada yang tidak. Hal itu sangat bergantung pada individunya tapi banyak sekali kasus yang saya tangani ini tuh bermula dari keluarga buruh migran,” kata dia.
Menurut dia, ini adalah risiko dari pengiriman buruh migran di luar negeri yang nanti akan jadi evaluasi di DPRD. Selain itu, juga tentang bagaimana memberi bantuan psikologis kepada keluarga yang ditinggalkan, memberi keterampilan sehingga bisa menambah penghasilan.
“Dengan begitu, tidak hanya mengandalkan dari keluarganya yang bekerja di luar negeri. Itu nanti akan jadi bahan untuk evaluasi dan mudah-mudahan menjadi pelajaran juga bagi masyarakat bahwa tidak ada yang lebih berharga selain keluarga,” ujar Sasa.
Evaluasi Menyeluruh
Sasa mengatakan DPRD dan Pemerintah akan terus berusaha membantu masyarakat untuk bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari pekerjaan utamanya melalui keterampilan baru. Dan pemberian bantuan-bantuan langsung yang lain yang selama ini juga sudah dilakukan oleh pemerintah.
“Mudah-mudahan itu bisa sedikit mengurangi beban. Tapi sekali lagi titik beratnya bagaimana menjaga keluarga yang ditinggalkan buruh migran,” kata Sasa.“Itu menjadi PR besar bagi kami semua dan kita semua tentu ini bukan hal yang mudah,” pungkasnya.
Baca juga: Bapak-bapak Main Sepakbola, Keluarga Ikut sambil Refresh di Tepi Lapangan
Tinggalkan Komentar