
Saya menyampaikan duka cita mendalam untuk seluruh keluarga korban tragedi sepakbola di stadion Kanjuruhan Sabtu malam (1/10). Salah satu korban meninggal adalah warga kami asal Mojopurno, Magetan. Namanya Munif Latiful Ihsan (18 tahun), biasa disapa Ihsan. Saya langsung menuju rumah duka begitu mendapat informasi tersebut.
Ihsan merupakan karyawan di sebuah pabrik triplek di Sukomoro, Magetan. Ihsan diketahui berangkat bersama rombongan teman-temannya sesama Aremania dengan menggunakan dua mobil. Ketika terjadi rusuh di dalam stadion, sebenarnya korban sempat berusaha keluar dari Kanjuruhan untuk berkumpul dengan rekan-rekannya.
Namun, ketika dicari-cari ternyata Ihsan sudah ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa. Anak pasangan Mujiono, dan Ely Setyowati, warga tinggal di Desa Mojopurno, Ngariboyo
Kebetulan saya mengenal baik komunitas Aremania Magetan karena sepupu saya perempuan beberapa pekan lalu juga berangkat menonton tanding Arema di Kanjuruhan bersama Aremania lain dari Magetan.
Sejatinya, dua klub sepakbola ini cukup dekat bagi saya. Saya akrab dan belajar tentang dunia sepakbola dari Ganis Rumpoko, Aremanita yang membuat sekolah sepak bola di Kota Batu. (Baca juga: Dukung Olahraga Magetan Dengan Bagikan Jersey Klub Sepak Bola Nonblok KJ)
Ganis adalah putri dari Pak Edy Rumpoko dan Bu Dewanti. Pak Edy adalah Walikota Batu selama dua periode (2007-2012 & 2012-2017). Pak Edy juga salah satu kader terbaik PDI Perjuangan dan tokoh di Arema. Pak Edy ditunjuk sebagai tim transisi PSSI pascasangsi FIFA 2015 lalu.
Sedangkan Persebaya bagi saya sudah seperti teman keseharian saat saya tinggal di Surabaya. Saya tinggal lebih dari 10 tahun di Surabaya. Kami sangat akrab. Saya bahkan menitip jual kaos di salah satu distro Bonek.
Kejadian 1 Oktober lalu adalah duka bagi dunia sepak bola kita. Tragedi yang mengoyak batin anak bangsa. Semoga menjadi perenungan dan evaluasi seluruh elemen, baik penyelenggara, klub, maupun suporter.
Saya mendesak pemerintah untuk segera mengevaluasi dan mengambil tindakan tegas atas kinerja kepolisian karena penggunaan gas air mata merupakan kesalahan prosedur pelanggaran aturan FIFA. (Baca juga: Dicurhati Petani Porang Magetan Karena Kesulitan KUR)
Tinggalkan Komentar