Permasalahan kesehatan, lingkungan dan energi sudah diprediksi akan menjadi isu yang terkemuka di abad 21 ini. Merebaknya wabah yang mematikan serta kondisi alam yang makin rusak merisaukan ahli dan para aktivis beberapa dekade ini. Semua itu dampak dari industrialisasi dan eksplorasi alam yang sembrono.
Diana dan sejumlah rekan pun ikut membahas problem lingkungan di Ponorogo. Kali ini diskusi itu di dekat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Mrican, Kecamatan Jenangan (1/11/2021). Di lokasi pembuangan sampah itu, tampak sampah yang menggunung dan mengeluarkan aroma sampah yang menyengat.
Diana Sasa, panggilan akrabnya, menyusuri jalan di tepi tempat pembuangan akhir di Desa Mrican. Sasa berharap ada sinergi dalam hal pengelolaan sampah yang selama ini dirasa belum ditemukan solusi yang benar-benar bernilai ekonomis.
Menurut ia, persoalan sampah menjadi permasalahan bersama yang dari hari ke hari menjadi semakin rumit. Dengan jaringan aspirasi masyarakat (Jasmas) inilah, ia bisa menjembatani solusi apa yang akan dilakukan. (Baca juga: Dukung Pertanian Organik Ngawi Demi Generasi Mendatang)
Perlu Mesin Khusus Pengolah Sampah
Berawal dari inisiasi masyarakat setempat yang ingin mengolah sampah menjadi pestisida tanpa asap, Sasa siap memberi dukungan demi masa depan yang lebih baik.
“Jadi, banyak persoalan yang belum ada solusinya. Ketika ada masyarakat ingin melakukan inisiasi untuk mengelola sampah dengan berbagai metode, saya merasa harus didukung. Pemerintah harus hadir untuk memberikan dukungan kepada mereka. Mereka butuh alat produksi, kita sediakan alat produksi. Saya coba menjembatani dengan jaring aspirasi supaya Pemprov Jatim bisa memberikan support untuk mereka yang mau mengelola sampah,” ujar politisi yang juga pegiat literasi itu.
Sebelumnya, warga sekitar semakin miris melihat keadaan TPA yang semakin parah. Atas masukan warga, BUMDes Desa Mrican berinisiasi mengurangi sampah dengan menggunakan mesin pengolah sampah tanpa bahan bakar. Hanya memakai listrik. Keunggulan mesin tersebut, semua jenis sampah bisa masuk tanpa dipilah, kecuali kaca dan besi.
“Kita prihatin dengan keadaan sampah yang kian hari makin menumpuk. Yang terpenting untuk mengurangi sampah, baunya juga biar tidak ke mana-mana,” kata Hamid Setiawan, ketua BUMDes Mrican. (Baca juga: Saatnya Batik Nilo Pacitan Tampil Ke Kancah Nasional)
Melibatkan BUMDes
Beberapa pemuda pengurus BUMDes dan warga menemani Sasa mengunjungi TPA. Kedatangan Diana Sasa pagi itu menjadi sebuah kejutan bagi Hamid Setiawan. Ia tak menyangka, apa yang dicita-citakannya bersama warga setempat akan menjadi kenyataan.
“Ketemu Bu Sasa ini kita jadi nemu solusi. Ini keajaiban buat saya, ada kesempatan meraih mimpi itu. Semoga nanti terwujud mesin yang akan digarap bisa sukses dan bisa terealisasi secepatnya,” harapnya.
Diana Sasa mengatakan ada banyak cara alternatif mengelola sampah yang bernilai ekonomis. “Ada banyak alternatif yang bernilai ekonomis dan tidak menimbulkan asap. Jadi, kita menyelesaikan masalah tanpa menambah masalah baru,” tukasnya.
Legislator dari Fraksi PDI Perjuangan Jawa Timur itu berpesan kepada masyarakat untuk selalu meningkatkan kesadaran dalam mengelola sampah.
“Masyarakat harus mulai memilah sampah antara organik dan non-organik. Karena tidak banyak orang yang punya kesadaran untuk mengelola sampah. Kita tidak ingin mewariskan sampah untuk anak cucu, mari kita olah sampah dengan baik,” pungkasnya.
Tinggalkan Komentar