Salah satu yang membuat saya terngiang-ngiang dengan Australia adalah pemilihan wakil rakyat yang ada di sana. Jujur saya sangat iri dan berdoa semoga satu hari Indonesia bisa sampai pada fase itu.

Setiap anggota parlemen adalah sosok-sosok yang memang sudah dikenal dekat dengan masyarakat. Tidak ada istilah tiba-tiba muncul satu sosok dan perlu diiklankan habis-habisan. Di sana kampanye berwujud gagasan, bukan mengenalkan sosoknya.

Oleh sebab itu menemukan anggota DPR dengan usia yang masih sangat muda bukanlah hal aneh. Karena atas jasa mereka kepada masyarakat pada akhirnya dipilih menjadi wakil rakyat.

Oleh sebab itu money politics nyaris tidak ada. Awal yang bersih inilah menjadi nilai baik dari sistem politik yang berkelanjutan. Sehingga menghasilkan iklim politik yang lebih baik.

(Baca juga: Menengok Cara Australia Agar Rakyatnya Sehat)

Rasa iri saya yang kedua adalah terkait dengan pembuatan kebijakan. Di negeri Kanguru tersebut tidak ada proses yang sangat berbelit-belit. Semuanya dibuat serba sederhana, ringkas, dan selesai di meja debat sidang parlemen.

Kalau pada akhirnya berujung pada voting, maka tinggal diserahkan ke Queen hasil dari voting tersebut. Nantinya disetujui. Dalam sejarah hanya sekali tidak disetujui oleh Queen karena kondisi sangat darurat.

Saya akui, di Indonesia untuk membuat kebijakan butuh proses yang sangat panjang. Tidak cukup satu dua pekan, harus satu dua periode. Inilah pendidikan politik. Kadang demikian.

Inilah mengapa kita harus mencontoh dari negeri tetangga bahkan dimulai dari proses pemilihan wakilnya. Politik yang rapi akan membuat proses pemerintahan berjalan lebih lancar. (Baca juga: Oleh-oleh Cerita dalam Kegiatan Indonesian Young Leader Exchange di Australia)

Foto: Dalam satu kunjungan ke gedung parlemen Australia dalam rangkaian Indonesian Young Leader Exchange Agustus 2022.