Rasanya kalau dalam kondisi biasa saya tidak akan kuat berjalan hampir empat km. Meski sering olah raga, tapi jarak tempuh ini sangat jauh. Berat badan saya juga sudah melebihi aturan. Kaki juga sudah sebesar paha sapi. Beraaatt sayangku....hehehe...,
Tapi ketika saya hadir di acara Harlah 1 abad NU, yang tidak mungkin itu menjadi mungkin. Yang ragu jadi yakin.
Kaki melangkah terasa ringan. Hati bahagia. Mata terang benderang. Mungkin itu yang disebut ghirah, semangat. Saya merasakannya.
Saya juga harus malu sama ibu-ibu muslimat, bapak-bapak sepuh. Mungkin di antaranya ada kyai kampung, takmir masjid, guru agama, modin, guru ngaji dan sebagainya.
Mereka mampu berjalan bahkan mungkin ada yang lebih jauh. Tapi semangatnya tidak tampak kendor. (Baca juga: Diana Buka Posko Kesehatan di Mujahadah Kubro NU Se-Jatim)
Di acara ini pejabat dan rakyat tak ada sekatnya. Mereka saja semangat banget walau hanya kebagian duduk di jalanan yang setengah basah usai diguyur hujan, masa saya nglokro?
Ini momentum besar, organisasi mencapai usia 100 tahun bukanlah perkara mudah. Butuh perjuangan sangat keras. Kita harus apresiasi. Sambung doa untuk semuanya.
Sebagai kader PDI Perjuangan saya juga ingin mengucapkan terima kasih NU atas penghargaan untuk founding fathers, Bung Karno. Saya NU, saya bangga! Siap berkhidmat untuk Indonesia dan dunia. (Baca juga: Diana Suntik Motivasi Anggota PMII)
NU luar biasa. Sudah mengajarkan arti beragama, toleransi, dan menjadi ruh bangsa. Apalagi saya dari Magetan, NU sudah mendarah daging di pelosok-pelosok desa. Mereka hadir dengan karakter guyub, rukun, khas masyarakat Indonesia.
Ini harus dijaga, dan harus dilestarikan. Selamat.
(Baca juga: Diana: Dalam Darah Saya Mengalir Ruh NU)
Tinggalkan Komentar