Satu fakta yang tidak bisa dielakkan bagi kami anggota dewan adalah image masyarakat terhadap kita bahwa bisa menitip apa saja. Entah menitip proposal, atau menitip pesan.
Yang sulit lagi kalau anggota dewan dianggap bisa dititipi orang untuk bisa lolos sana sini. Lolos ujian sekolah, lolos ujian seleksi PNS, atau bahkan menjadi guru di sekolah sekalipun. Ini kolusi namanya.
Banyak yang lupa jika sejak era millenial ini ketika teknologi mengambil peran besar, hal tersebut perlahan semakin hilang. Bahkan nantinya akan benar-benar hilang. Karena yang menyeleksi semuanya adalah mesin, bukan lagi sepenuhnya manusia.
Bahkan untuk ujian PNS sekalipun semuanya sudah menggunakan sistem ujian berbasis komputer dengan hasil yang diseleksi oleh komputer. Jadi titip-menitip sudah semakin tidak mungkin dilakukan. (Baca juga: Sejak Kecil Saya Belajar Politik)
Nah sayangnya hal ini jarang yang mengetahui. Kebanyakan masih menganggap budaya lama terus berjalan. Padahal fakta di lapangan sudah sebaliknya berubah.
Oleh sebab itu kita mendengar berita santer laporan korban penipuan-penipuan yang mampu meloloskan masyarakat menjadi pegawai, kemudian ternyata bodong dan tertangkap. Seperti kasus Olivia Nathania yang cukup heboh beberapa bulan lalu. Waspadalah penipuan dengan iming-iming manis.
Bagi kami yang anggota dewan hal tersebut meringankan beban secara psikologis. Sekaligus hal ini juga membuat kami bersyukur bahwa semua akan diseleksi berdasarkan kualitas.
Memang modus kejahatannya menjadi bergeser, yaitu joki ujian. Yaitu yang mendaftar dengan yang melaksanakan ujian orang berbeda. Yang daftar tidak pandai, tapi jokinya pinter, sehingga hasilnya bagus. Ini kolusi yang masih sering terjadi.
Tapi semua sudah semakin baik dan tertata oleh pemerintah sekarang. Maka jangan ada yang percaya dengan orang-orang yang mengaku bisa meloloskan menjadi pegawai, itu sudah kuno. (Baca juga: Tiga Penyebab Jatuhnya Politisi)
Tinggalkan Komentar